Kamis, 17 Maret 2016



GARA-GARA PETASAN
Aku di rumah mempunyai sahabat kecil namanya Novi dan juga Elin kami sejak kecil sering menghabiskan waktu bersama, karena kami adalah tetangga dekat  dan  mempunyai hobi yang sama pula yaitu kuliner jika ada waktu luang kami sering pergi hunting tempat-tempat makan yang sekiranya murah dan belum kami kunjungi. Selain kami mempunyai hobi yang sama kami juga mempunyai tanggal lahir yang berurutan yaitu 13,14,15 dengan tahun yang sama. Namun saat kami mulai masuk SMA kami sudah jarang berkumpul lagi paling hanya sesekali saja itupun belum tentu satu bulan sekali karna kesibukan masing-masing, setelah dua tahun  lulus SMA  Elin memutuskan untuk menikah  dan ikut dengan suaminya, sedangkan aku dan novi saat ini masih sibuk dengan kuliah kami masing-masing. Kalau ada waktu paling salah satu dari kami akan berkunjung kerumah masing-masing meskipun hanya sebentar.
Dari kebersamaan kami sekian tahun tentu banyak kenangan baik itu menyenangkan ataupun yang tidak mengenakan, tapi ada satu kejadian yang tidak akan pernah kami lupakan yang sering kita kenang saat kita bersama dan itu membuat kita tertawa geli.
Waktu itu kami bertiga masih duduk di bangku MTS, meskipun kami beda kelas. Tapi waktu beragkat maupun pulang kami sering bersama. Kejadian malam itu terjadi pada bulan Ramadhan saat kami akan pergi kemasjid untuk menjalankan solat tarweh berjamaah di masjid dekat rumah kami. Seperti biasa kami bertiga selalu bersama, malam itu kami memutuskan untuk berkumpul di rumahnya Novi, malam itu aku sampai di rumah Novi lebih awal karena kami biasanya sebelum berangkat kemasjid akan ngobrol ngalor ngidul yang tidak jelas arahnya, seperti biasa Elin selalu terlambat datang ya, memang sahabatku yang satu ini memang mempunyai jam karet yang selalu molor dan dia itu karakternya lelet tidak bisa diajak cepat. Kami berdua memutuskan untuk duduk di tempat vaforit kita saat bersama tepatnya di halaman rumah, di depan rumah Novi memang ada kursi kayu panjang yang sudah mulai rusak di makan usia, bagian belakang kursi yang mulai bolong dan rapuh jika tidak hati-hati makan akan nyungsep ke belakang punggung kita. Saat itu di teras ada kakaknya Novi  bernama Nur Za’in yang biasa kami panggil mas Nur. Ya Novi mempunyai kakak yang super duper jail banget yang sering ngerecohin kami, sejak kecil memang sering bermain dengan kami jadi kami tidak sungkan lagi dengan mas Nur kami di situ ngobrol tentang kartun Ultramen Gaiya, hampir setiap minggu kami selalu menonton bareng. Aku masih ingat betul saat itu kami berempat nonton bareng di rumahnya Novi, aku menyeletukan satu pertanyaan “nyapo low moster-moster kui podo moro nek jepang lak wes eruh nek kono kui enek Gaiya? lak perang ya mesti kalah.e mek guwak-guwak tenogo tok” entah kenapa mereka semua tertawa melihatku, mas Nur pun menjawab “lak gak perang ya gak enek acara iki low nek” aku menjawab nya dengan malu “ hehehe iya ya”  aku bangkit dari lamunanku dan melanjutkan obrolan kami. Taklama kemudian Elinpun datang, dan kami bertinga nyeletuk dengan nada bercanda Novi menimpali ”muleh-muleh bubiyar kabeh…. Wes rasah tarweh-tarwehan ae” akupun berkata “yoh..yoh… muleh” smbil beranjak dari kursi. Pet, kami berempat diam sejenak karena pemadaman listrik, mas Nurpun nyeletuk dengan nada kesal” bech piye low kok mati kie, oposido amin-amin jale. iki mesti goro-goro pean lin, teko mesti keri” saat itu Elin hanya senyum dan kata “yualah…. Napo aku, ancen podo rung bayar listrik makane di pateni kapok” dengan nada polosnya.
Kami bertiga duduk dan menunggu listrriknya hidup sambil ngobrol-ngobrol, ya tentuynya yang tidak jauh dari tempat makan yang belum kita datangi, setelah sekian lama tidak kunjung hidup kamipun memutuskan untuk tidak jadi berangkat tarweh. Duar…..duar terdengar suara petasan di belakang kami, kami tersentak kaget dan reflek berdiri sambil nengok ke belakang. Ya siapa lagi kalau bukan mas Nur yang membuat ulah, Novi pun menegurnya dengan nada ketus “ jane ilow mas.. pean kie ora njarak sedino ae ora iso tha ?” aku dan elin hanya tersenyum melihat kakak adik ini. Mas Nur pun menimpalinya “napo low aku… aku low mek dulanan dor doran” sambil tersenyum.
Kami pun melanjutkan obrolan yang sempat tertunda tadi, dan mas Nur juga melanjutkan mainan petsan di belakang kami, tapi kami tidak menghiraukannya lagi. Tanpa kami sadari sifat jahilnya kambuh lagi, saat kami tertawa lepas ada suara duar duar duar petasan yang meledak di bawah kursi kami dan kami bertigapun kaget  terbalik ke belakang bersama kursi yang kami duduki, bersamaan dengan kursi kami yang terbalik listriknya pun ikut hidup. Kami bertiga saling pandang bukannya cepat bangun tapi kami malah tertawa terbahak-bahak, mas Nur pun menghampiri kita” iki podo nyapoto kok iso atraksi bengi-bengi ?” kami bertiga bangkit dan ngomel ke mas Nur, tanpa rasa bersalah dia malah bilang “ iku seng salah dor-doran.e lapo melayu merono, opo jangan-jangan dor-doran.e lanang ruh cewek terus marani ?” kami hanya diam dengan mulut menye-menye mendengarcelotehannya sambil mendirikan kursi yang jatuh bersama  kami,  jelas-jelas dia yang telah melempar kearah kami. setelah itu mas Nur pergi meninggalkan kami dan kami duduk diam sebentar, aku dan elin memutuskan untuk pulang karena hari sudah larut malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar