GARA-GARA
PETASAN
Aku di rumah mempunyai sahabat kecil namanya Novi dan juga Elin kami sejak
kecil sering menghabiskan waktu bersama, karena kami adalah tetangga dekat dan mempunyai hobi yang sama pula yaitu kuliner
jika ada waktu luang kami sering pergi hunting tempat-tempat makan yang
sekiranya murah dan belum kami kunjungi. Selain kami mempunyai hobi yang
sama kami juga mempunyai tanggal lahir yang berurutan yaitu 13,14,15 dengan
tahun yang sama. Namun saat kami mulai masuk SMA kami sudah jarang berkumpul
lagi paling hanya sesekali saja itupun belum tentu satu bulan sekali karna
kesibukan masing-masing, setelah dua tahun
lulus SMA Elin memutuskan untuk
menikah dan ikut dengan suaminya,
sedangkan aku dan novi saat ini masih sibuk dengan kuliah kami masing-masing.
Kalau ada waktu paling salah satu dari kami akan berkunjung kerumah
masing-masing meskipun hanya sebentar.
Dari kebersamaan
kami sekian tahun tentu banyak kenangan baik itu menyenangkan ataupun yang
tidak mengenakan, tapi ada satu kejadian yang tidak akan pernah kami lupakan
yang sering kita kenang saat kita bersama dan itu membuat kita tertawa geli.
Waktu itu
kami bertiga masih duduk di bangku MTS, meskipun kami beda kelas. Tapi waktu
beragkat maupun pulang kami sering bersama. Kejadian malam itu terjadi pada bulan
Ramadhan saat kami akan pergi kemasjid untuk menjalankan solat tarweh berjamaah
di masjid dekat rumah kami. Seperti biasa kami bertiga selalu bersama, malam
itu kami memutuskan untuk berkumpul di rumahnya Novi, malam itu aku sampai di
rumah Novi lebih awal karena kami biasanya sebelum berangkat kemasjid akan
ngobrol ngalor ngidul yang tidak jelas arahnya, seperti biasa Elin selalu
terlambat datang ya, memang sahabatku yang satu ini memang mempunyai jam karet
yang selalu molor dan dia itu karakternya lelet tidak bisa diajak cepat. Kami
berdua memutuskan untuk duduk di tempat vaforit kita saat bersama tepatnya di
halaman rumah, di depan rumah Novi memang ada kursi kayu panjang yang sudah
mulai rusak di makan usia, bagian belakang kursi yang mulai bolong dan rapuh
jika tidak hati-hati makan akan nyungsep ke belakang punggung kita. Saat itu di
teras ada kakaknya Novi bernama Nur Za’in
yang biasa kami panggil mas Nur. Ya Novi mempunyai kakak yang super duper jail banget
yang sering ngerecohin kami, sejak kecil memang sering bermain dengan kami jadi
kami tidak sungkan lagi dengan mas Nur kami di situ ngobrol tentang kartun
Ultramen Gaiya, hampir setiap minggu kami selalu menonton bareng. Aku masih
ingat betul saat itu kami berempat nonton bareng di rumahnya Novi, aku
menyeletukan satu pertanyaan “nyapo low moster-moster kui podo moro nek jepang
lak wes eruh nek kono kui enek Gaiya? lak perang ya mesti kalah.e mek
guwak-guwak tenogo tok” entah kenapa mereka semua tertawa melihatku, mas Nur
pun menjawab “lak gak perang ya gak enek acara iki low nek” aku menjawab nya
dengan malu “ hehehe iya ya” aku bangkit
dari lamunanku dan melanjutkan obrolan kami. Taklama kemudian Elinpun datang,
dan kami bertinga nyeletuk dengan nada bercanda Novi menimpali ”muleh-muleh
bubiyar kabeh…. Wes rasah tarweh-tarwehan ae” akupun berkata “yoh..yoh… muleh”
smbil beranjak dari kursi. Pet, kami berempat diam sejenak karena pemadaman
listrik, mas Nurpun nyeletuk dengan nada kesal” bech piye low kok mati kie,
oposido amin-amin jale. iki mesti goro-goro pean lin, teko mesti keri” saat itu
Elin hanya senyum dan kata “yualah…. Napo aku, ancen podo rung bayar listrik
makane di pateni kapok” dengan nada polosnya.
Kami bertiga
duduk dan menunggu listrriknya hidup sambil ngobrol-ngobrol, ya tentuynya yang
tidak jauh dari tempat makan yang belum kita datangi, setelah sekian lama tidak
kunjung hidup kamipun memutuskan untuk tidak jadi berangkat tarweh. Duar…..duar
terdengar suara petasan di belakang kami, kami tersentak kaget dan reflek
berdiri sambil nengok ke belakang. Ya siapa lagi kalau bukan mas Nur yang
membuat ulah, Novi pun menegurnya dengan nada ketus “ jane ilow mas.. pean kie
ora njarak sedino ae ora iso tha ?” aku dan elin hanya tersenyum melihat kakak
adik ini. Mas Nur pun menimpalinya “napo low aku… aku low mek dulanan dor
doran” sambil tersenyum.
Kami pun melanjutkan
obrolan yang sempat tertunda tadi, dan mas Nur juga melanjutkan mainan petsan
di belakang kami, tapi kami tidak menghiraukannya lagi. Tanpa kami sadari sifat
jahilnya kambuh lagi, saat kami tertawa lepas ada suara duar duar duar petasan
yang meledak di bawah kursi kami dan kami bertigapun kaget terbalik ke belakang bersama kursi yang kami
duduki, bersamaan dengan kursi kami yang terbalik listriknya pun ikut hidup.
Kami bertiga saling pandang bukannya cepat bangun tapi kami malah tertawa
terbahak-bahak, mas Nur pun menghampiri kita” iki podo nyapoto kok iso atraksi
bengi-bengi ?” kami bertiga bangkit dan ngomel ke mas Nur, tanpa rasa bersalah
dia malah bilang “ iku seng salah dor-doran.e lapo melayu merono, opo
jangan-jangan dor-doran.e lanang ruh cewek terus marani ?” kami hanya diam
dengan mulut menye-menye mendengarcelotehannya sambil mendirikan kursi yang
jatuh bersama kami, jelas-jelas dia yang telah melempar kearah
kami. setelah itu mas Nur pergi meninggalkan kami dan kami duduk diam sebentar,
aku dan elin memutuskan untuk pulang karena hari sudah larut malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar