Rabu, 30 Maret 2016

FEMINIS LIBERAL

Hal ini terjadi saat saya duduk di bangku SMA yaitu tes keperawanan bagi para siswi SMP ataupun SMA, hal ini yang menjadi banyak perbincangan masyarakat luas saat itu. Dengan menggunakan pandangan feminis liberal banyak ketidak adilan yang diperoleh kaum perempuan, feminis liberal adalah pandangan untuk mendapatkan kebebasan secara penuh dan individual, artinya manusia adalah spesies yang rasional yang dapat menentukan tindakan-tindakannya sendiri tanpanbatasan atau kungkungan dari pihak-pihak lain. Contoh dalam kasus ini pemerintah tidak memikirkan dengan apa yang sudah ia cetuskan. Dalam kasus ini juga menyimpan beberapa kejanggalan-kejanggalan yang perlu dikoreksi kembali, salah satunya pelanggaran hak yaitu hak kebebasan, hak privasi, keabsahan data atau informasi yang diperoleh. Karena apa, pengujian kasus ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara tidak dilakukan dengan menggunakan tes alat kelamin, sehingga siswa yang bersangkutan bisa saja berbohong dengan apa yang sudah disampaikan, secara tidak langsung pemerintah telah mengambil hak privasi para siswi, karena itu adalah hak masing-masing individu ingin melakukan seks sebelum atau setelah menikah, karena kita tidakan pernah tahu apa yang terjadi oleh mereka sebelumnya. Mungkin karena kepuasan sesaat atau bahkan karena pemerkosaan, jadi kita atau bahkan pemerintahpun tidak berhak untuk mengorek masalah pribadi itu, meskipun dengan dasar keprihatinan pemerintah yang melihat pergaulan bebas yang semakin menggila.
Namun pemerintah juga harus melihat hak utama yang harus diterima oleh para siswi, salah satunya adalah hak untuk meraih pendidikan, hak privasi individu, hak untuk bebas, dan hak yang lain. Oleh sebab itu feminis liberal mengadvokasi kehidupan perempuan yang otonom. Moral bagi feminis liberal tidak ditentukan oleh Negara, keluarga, ataupun agama. Namun perempuan dapat bergerak sesuai dengan kemauannya sendiri asalkan tidak melawan hukum dan merampas hak orang lain.
Pada abad ke 18 munculah tokoh feminis liberal yaitu Mary Wollstonecraft yang berfokus pada kesetaraan pendidikan bagi kaum perempuan yang saat itu kaum borjuis dan proletan yang tidak mendaat pendidikan. Menurutnya perempuan yang sungguh-sungguh mendapat pendidikan adalah salah satu sumbangsih kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh sebab itu setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk mendapat pendidikan termasuk kaum perempuan. Oleh sebab itu tidaklah penting menurut saya jika setiap kali perempuan masuk ke sekolah dan harus melalui tes keperawanan, itu tidak sesuai dengan hak yang harus diperoleh kaum perempuan. Seharusnya perempuan yang hendaknya akan menempuh pendidikan tidaklah dipersulit, hal ini bertujuan supaya perempuan bisa memiliki pendidikan yang sama dengan laki-laki, sehingga tidak ada lagi perempuan yang hanya menjadi perhiasan bagi laki-laki.
Selain itu masyarakat dan keluarga juga harus memberi kesempatan bagi perempuan untuk belajar, meskipun saat ini sudah abad 20 segala sesuatu yang sudah setara dan di beri kebebasan dalam menempuh pendidikan namun hal ini masihlah ada masyarakat yang menggukan prinsip “buat apa anak perempuan sekolah tinggi-tinggi, jika pada akhirnya masuk dapur juga”. Jadi dari sini bisa dilihat jika tidak perempuannya sendiri mempunyai kemauan untuk maju maka akan terus terbelenggu juga, dan tidak ada bedanya dengan abad 18 dan 19. Karena segala sesuatu bisa ditempuh melalui pendidikan, oleh karena itu generasi penerus saat ini wajjib mendapat pendidikan terutama kaum perempuan.
Wollstonecraft berpendapat perempuan yang utuh adalah perempuan yang mempunyai tujuan dan bukan sebagai obyek mainan laki-laki. Perempuan juga harus mempunyai nalar dimana harga dirinya ada dalam kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri. Meskipun dalam hal tersebut terdapat siswi yang sudah tidak perawan berarti dia telah menjadi obyek dari laki-laki tersebut. Akan tetapi kita juga harus menghargai keputusan yang dipilihnya, karena dia telah memilih nasib yang telah ia tentukan sebelumnya, jadi kita mempunyai hak untuk mencemooh atapun menghinanya. Dari sini juga akan menimbulkan permasalahan baru lagi, jika perempuanya tidak mempunyai mental yang kuat dan dia malu karena teman-teman atau lingkungan sekitar tau dengan apa yang sudah di lakukannya dia bisa melakukan satu hal yang di luar dugaan.
Jadi menurut saya tidaklah penting pemerintah melakukan hal yang seperti ini, karena masih banyak tugas yang lebih penting daripada mengurus perawan atau tidaknya orang lain. Karena setiap siswi bebas untuk menempuh pendidikan di tempat mana yang sudah dipilihnya, meskipun siswi tersebut tidak lagi perawan lagi saat masuk ke sekolah itu. Dalam undang-undangpun setahu saya juga tidak ada peraturan yang melarang siswi yang sudah tidak perawan untuk tidak sekolah, kecuali dari individu sendiri yang membatasi ruang geraknya sendiri untuk tidak bersekolah.
Selain Mary Wollstonecraft yang berjuang dalam hal pendidikan ada juga John Stuart Mill yang patah semangat membuktikan bahwasanya perempuan juga bisa ditaruh dimana saja salah satunya ranah politik, sosial, ekonomi. Perempuan juga mampun jika mendapat pendidikan yang sama pula. Menurut Mill, tidak seorangpun yang mengetahui sejarah manusia dapat mengargumentasi bahwa semua laki-laki lebih kuat dan lebih pintar daripada perempuan, dan iapun juga menyangkal adanya perbedaan intelektual antara laki-laki dan perempuan.
Jadi bisa disimpulkan bahwasanya derajat laki-laki dan perempuan itu sama baik dalam hal pendidikan, sosial, dan juga politik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar